Powered By Blogger

Kamis, 16 Agustus 2012

Nilai Semester IV 2012


Adm & Supervisi Pendidikan

Hadits Tarbawi

Insya' II
Istima' (Bag 1)

Istima' (Bag 2)


Muhadatsah III (Bag 1)


Muhadatsah III (bag 2)


Psikologi Belajar


Statistik Pendidikan I


Kamis, 02 Agustus 2012

PENGUMUMAN NILAI PBA SEMESTER GENAP

P E R H A T I A N


BUAT SELURUH MAHASISWA PBA SEMUA ANGKATAN AGAR BISA MELIHAT NILAI ANGKA DAN JANGAN BERPATOKAN DENGAN NILAI BOBOT UNTUK KENYAMANAN KITA BERSAMA DAN KELANCARAN DALAM PENGURUSAN ADMINISTRASI PENILAIAN PADA JURUSAN KITA.

TERIMA KASIH.
PBA STAFF ONLY

Nilai Muthala'ah 2 ( PBA II )



Nilai Hadits Tarbawi ( PBA IV )


Sabtu, 31 Maret 2012

Beasiswa

KEPADA SELURUH MAHASISWA PBA YANG TELAH MENGIKUTI SELEKSE [ENERIMA BEASISWA PRESTASI DAN MISKIN, HASILNYA DAPAT DILIHAT DI http://tarbiyahiainstsjambi.blogspot.com/

Rabu, 21 Maret 2012

Profesionalisme Guru


A.      Guru Berkedudukan sebagai Profesional
Dalam ilmu sosiologi kita biasa menemukan dua istilah yang akan selalu berkaitan, yakni status (kedudukan) dan peran social di dalam masyarakat. Status biasanya didefinisikan sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Sedangkan peran merupakan sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status tertentu tersebut.
Status sebagai guru dapat dipandangan sebagai yang tinggi atau rendah, tergantung di mana ia berada. Sedangkan perannya yang berkedudukan sebagai pendidik seharusnya menunjukkan kelakuan yang layak sesuai harapan masyarakat, dan guru diharapkan berperan sebagai teladan dan rujukan dalam masyarakat dan khususnya anak didik yang dia ajar. Guru tidak hanya memiliki satu peran saja, ia bisa berperan sebagai orang yang dewasa, sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang pendidik, sebagai pemberi contoh dan sebagainya.
Apabila kita cermati, sebenarnya status dan peran guru tidaklah selalu seragam dan bersifat konsisten sebagaimana tersirat di atas. Ini sesuai dengan standar apa dan mana yang dipakai dalam menentukan keduanya. Penilaian status dan peran pada seorang guru di pedesaan tidaklah sama dengan penilaian status dan peran terhadap seorang guru di perkotaan. Dalam masyarakat industrial dan materialis status dan peran seorang guru tidaklah se-urgen pada masyarakat sederhana atau masyarakat pertanian. Salah satu peran guru adalah sebagai profesional. Jabatan guru sebagai profesional menuntut peningkatan kecakapan dan mutu keguruan secara berkesinambungan. Guru yang berkualifikasi profesional, yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkannya, cakap dalam cara mengajarkannya secara efektif serta efisien, dan guru tersebut punya kepribadian yang mantap Selain itu integritas diri serta kecakapan keguruannya juga perlu ditumbuhkan serta dikembangkan.
Setelah kita menganggap bahwa status guru merupakan sebuah jabatan yang profesional, menurut Semana (1994), ia pun dituntut untuk bisa berperan dan menunjukkan citra guru yang ideal dalam masyarakatnya. Dalam hal ini J. Sudarminto, 1990 (dalam Semana, 1994) berpendapat bahwa citra guru yang ideal adalah sadar dan tanggap akan perubahan zaman, pola tindak keguruannya tidak rutin, guru tersebut maju dalam penguasaan dasar keilmuan dan perangkat instrumentalnya (misalnya system berpikir, membaca keilmuan, kecakapan problem solving, seminar dan sejenisnya) yang diperlukannya untuk belajar lebih lanjut atau berkesinambungan. Selain itu, guru hendaknya bermoral yang tinggi dan beriman yang mendalam, seluruh tingkah lakunya (baik yang berhubungan dengan tugas keguruannya ataupun
sisialitasnya sehari-hari digerakkan oleh nilai-nilai luhur dan taqwanya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Secara nyata guru tersebut harus bertindak jujur, disiplin, adil, setia, susila dan menghayati iman yang hidup.
Guru juga harus memiliki kecakapan kerja yang baik dan kedewasaan berpikir yang tinggi sebab guru sebagai pemangku jabatan yang profesional merupakan posisi yang bersifat strategis dalam kehidupan dan pembangunan masyarakat. Guru juga harus terus bisa memantapkan posisi dan perannya lewat usahausaha mengembangkan kemampuan diri secara maksimal dan berkesinambungan dalam belajar lebih lanjut. Salah satu yang melandasi pentingnya guru harus terus berusaha mengembangkan diri karena pendidikan berlangsung sepenjang hayat. Hal ini berlaku untuk diri guru dan siswa di mana usaha seseorang untuk
mencapai perkembangan diri serta karyanya tidak pernah selesai (hasilnya tidak pernah mencapai taraf sempurna mutlak). Selain itu bahwa sistem pengajaran, materi pengajaran dan penyampaiannya kepada siswa selalu perlu dikembangkan. Hal ini merupakan dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya pengembangan sistem pengajaran, pembenahan isi serta teknologi organisasi materi pengajaran dan pencarian pendekatan strategi, metode, teknik pengajaran (perkembangan diri siswa) selalu perlu dikaji dan atau dikembangkan demi efektivitas dan efisiensi kerja kependidikan.

B.       Peranan Guru terhadap Anak Didik
Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran yang harus ia jalani. Hal ini dikarenakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada mereka. Begitupun peranan guru atas murid-muridnya tadi bisa dibagi menjadi dua jenis menurut situasi interaksi sosial yang mereka hadapi, yakni situasi formal dalam proses belajar mengajar di kelas dan dalam situasi informal di luar kelas. Dalam situasi formal, seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang yang mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai kelas dan bisa mengontrol anak didiknya. Hal ini sangat perlu guna menunjang keberhasilan dari tugas-tugas guru yang bersangkutan yakni mengajar dan mendidik murid-muridnya. Hal-hal yang bersifat pemaksaanpun kadang perlu digunakan demi tujuan di atas. Misalkan pada saat guru menyampaikan materi belajar padahal waktu ujian sangat mendesak, pada saat bersamaan ada seorang murid ramai sendiri sehingga menganggu suasana belajar mengajar di kelas, maka guru yang bersangkutan memaksa anak tadi untuk diam sejenak sampai pelajaran selesai dengan cara-cara tertentu. Tentunya hal di atas juga harus disertai dengan adanya keteladanan dan kewibawaan yang tinggi pada seorang guru.
Keteladanan sangatlah penting. Hal ini sejalan dengan teori “Mekanisme Belajar” yang disampaikan David O Sears (1985)  bahwa ada tiga mekanisme umum yang terjadi dalam proses belajar anak. Yang pertama adalah asosiasi atau classical conditioning ini berdasarkan dari percobaan yang dilakukan Pavlov pada seekor anjing. Anjing tersebut belajar mengeluarkan air liur pada saat bel berbunyi karena sebelumnya disajikan daging setiap saat terdengar bel. Setelah beberapa saat, anjing itu akan mengeluarkan air liur bila terdengar bunyi bel meskipun tidak disajikan daging, karena anjing tadi mengasosiasikan bel dengan daging.
Kita juga belajar berperilaku dengan asosiasi. Misalnya, kata “Nazi” biasanya diasosiasikan dengan kejahatan yang mengerikan. Kita belajar bahwa Nazi adalah jahat karena kita telah belajar mengasosiasikannya dengan hal yang mengerikan. Mekanisme belajar yang kedua adalah reinforcement, orang belajar menampilkan perilaku tertentu karena perilaku itu disertai dengan sesuatu yang menyenangkan dan dapat memuaskan kebutuhan (atau mereka belajar menghindari perilaku yang disertai akibat-akibat yang tidak menyenangkan). Seorang anak mungkin belajar membalas penghinaan yang diterimanya di sekolah dengan mengajak berkelahi si pengejek karena ayahnya selalu memberikan pujian bila dia membela hak-haknya. Seorang mahasiswa juga mungkin belajar untuk tidak menentang sang professor di kelas karena setiap kali dia melakukan hal itu, sang professor selalu mengerutkan dahi, tampak marah dan membentaknya kembali.
Mekanisme belajar utama yang ketiga adalah imitasi. Seringkali orang mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan meniru sikap dan perilaku yang menjadi model. Seorang anak kecil dapat belajar bagaimana menyalakan perapian dengan meniru bagaimana ibunya melakukan hal itu. Anak-anak remaja mungkin menentukan sikap politik mereka dengan meniru pembicaraan orang tua mereka selama kampanye pemilihan umum. Imitasi ini bisa terjadi tanpa adanya reinforcement eksternal dan hanya melalui observasi biasa terhadap model. Di antara ketiga macam mekanisme belajar di atas, imitasi adalah mekanisme yang paling kuat. Dalam banyak hal anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa dan selain orang tua si anak, guru di sekolah merupakan orang dewasa terdekat kedua bagi mereka. Bahkan di zaman sekarang ini banyak terjadi kasus anak lebih mempunyai kepercayaan terhadap guru disbanding pada orang tua mereka sendiri. Maka dari itulah seorang guru harus bisa menunjukkan sikap dan keteladanan yang baik di hadapan murid-muridnya, biar dikemudian hari tidak akan ada istilah ‘guru kencing berdiri, murid kencing berlari’.
Selain keteladanan, kewibawaan juga perlu. Dengan kewibawaan guru menegakkan disiplin demi kelancaran dan ketertiban proses belajar mengajar. Dalam pendidikan, kewibawaan
merupakan syarat mutlak mendidik dan membimbing anak dalam perkembangannya ke arah tujuan pendidikan. Bimbingan atau pendidikan hanya mungkin bila ada kepatuhan dari pihak anak dan kepatuhan diperoleh bila pendidik mempunyai kewibawaan. Kewibawaan dan kepatuhan merupakan dua hal yang komplementer untuk menjamin adanya disiplin (S. Nasution, 1995).

C.       Peranan Guru dalam Masyarakat
Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran masyarakat tentang kedudukan guru dan ststus sosialnya di masyarakat. Kedudukan sosial guru berbeda di negara satu dengan negara lain dan dari satu zaman ke zaman lain pula. Di negara-negara maju biasanya guru di tempatkan pada posisi social yang tinggi atas peranan-peranannya yang penting dalam proses mencerdaskan bangsa. Namun keadaan ini akan jarang kita temui di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sebenarnya peranan itu juga tidak terlepas dari kualitas pribadi guru yang bersangkutan serrta kompetensi mereka dalam bekerja.
Pada masyarakat yang paling menghargai guru pun akan sangat sulit untuk berperan banyak dan mendapatkan kedudukan  sosial yang tinggi jika seorang guru tidak memiliki kecakapan dan kompetensi di bidangnya. Ia akan tersisih dari persaingan dengan guru-guru lainnya. Apalagi guru-guru yang tidak bisa memberikan keteladanan bagi para muridnya, sudah barang tentu ia justru menjadi bahan pembicaraan orang banyak. Jika dihadapan para muridnya seorang guru harus bisa menjadi teladan, ia pun dituntut hal yang sama di dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Penghargaan atas peranan guru di negara kita bisa dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, penghargaan sosial, yakni penghargaan atas jasa guru dalam masyarakat. Dilihat dari sikap-sikap sosial anggota masyarakat serta penempatan posisi guru dalam stratifikasi sosial masyarakat yang bersangkutan. Hal semacam ini akan tampak jelas kita amati pada mayarakat pedesaan yang mana mereka selalu menunjukkan rasa hormat dan santun terhadap para guru yang menjadi pengajar bagi anak-anak mereka. Mereka (masyarakat) lebih biasa memberi kata-kata sapaan santun terhadap guru seperti pak guru, mas guru dan sebagainya
daripada profesi-profesi yang lain.
Kedua, adalah penghargaan ekonomis, yakni penghargaan atas peran guru dipandang dari seberapa besar gaji yang diterima oleh guru. Dengan kondisi gaji guru-guru di Indonesia sampai
tahun 2000 an ini, tidak mungkin menjadi sejahtera dalam hal ekonomi hanya dengan pekerjaan mangajarnya saja. Hal inilah yang menjadikan kurang maksimalnya peranan guru dalam menjalankan tugas mengajar apalagi melakukan pengabdian pada masyarakat.
Dalam perspektif perubahan sosial, guru yang baik tidak saja harus mampu melaksanakan tugas profesionalnya di dalam kelas, namun harus pula berperan melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di luar kelas atau di dalam masyarakat. Hal tersebut sesuai pula dengan kedudukan mereka sebagai agent of change yang berperan sebagai inovator, motivator dan fasilitator terhadap kemajuan serta pembaharuan. Dalam masyarakat, guru adalah sebagai pemimpin yang
menjadi panutan atau teladan serta contoh (reference) bagi masyarakat sekitar. Mereka adalah pemegang norma dan nilai-nilai yang harus dijaga dan dilaksanakan. Ini dapat kita lihat bahwa betapa ucapan guru dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap orang lain. Ki Hajar Dewantoro menggambarkan peran guru sebagai stake holder atau tokoh panutan dengan ungkapan-ungkapan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Di sini tampak jelas bahwa guru memang sebagai “pemeran aktif”, dalam keseluruhan aktivitas masyarakat sercara holistik. Tentunya para guru harus bisa memposisikan dirinya sebagai agen yang benar-benar membangun, sebagai pelaku propaganda yang bijak dan menuju ke arah yang positif bagi perkembangan masyarakat.

D.      Peranan Guru terhadap Guru Lain
Kalimat di atas mengandung makna bahwa seorang guru harus bisa berperan untuk kepentingan komunitasnya sendiri, yakni komunitas para guru. Sebagai sebuah profesi, biasanya hubungan antar guru satu dengan guru lainnya diwadahi oleh organisasi yang menaungi dan mewadahi aspirasi mereka. Di negara kita organisasi yang menaungi para guru, misalnya: PGT (Persatuan Guru TK), PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) dan sebagainya. Lewat organisasi-organisasi ini para guru bisa saling berkomunikasi dan memperjuangkan kepentingan bersama mereka dengan semangat kebersamaan yang tinggi sehingga apa yang menjadi keinginan para guru relatif lebih mudah dicapai.
Pertanyaan yang mendasar sehubungan dengan jenis-jenis organisasi profesi keguruan tersebut adalah sejauh mana program serta kegiatannya menyentuh kebutuhan diri guru serta pengembangan karirnya?. Secara operasional seharusnya perjuangan dan pembinaan yang dilakukan oleh organisasi profesi keguruan tersebut dapat mengangkat martabat guru yang menjadi anggotanya, memberi perlindungan hukum bagi guru, meningkatkan kesejahteraan hidup guru, memandu serta mengusahakan peluang untuk pengembangan karir guru, dan membantu ikut memecahkan konflik-konflik dan masalah-masalah yang dialami atau yang dihadapi oleh para guru.

البلاغة و تعليم اللغة العربية


Musli, M.PdI
Abstrak
Balaghah  merupakan ilmu yang berlandaskan kepada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar di antara  macam-macam ungkapan. Ungkapan- ungkapan yang dikaji dalam dalam ilmu balaghah berawal darai susunan kata dalam suatu kalimat yang tersusun dengan kalimat yang sempurna dan mudah dipahami. Kalimat yang sempurna dan mudah dipahami haruslah mengikuti kaedah bahasa Arab yang telah diatur dalam ilmu bahasa Arab, seperti nahwu,  sharaf dan lain sebagainya. Pengejaran ilmu balaghah sebenarya juga berhubungan erat dengan pengajaran ilmu-ilmu bahasa Arab, karena pengejaran ilmu balaghah tanpa mengetahui dan memahami pengajaran ilmu bahasa Arab,  maka akan sulit untuk dapat memehami secara sempurna dan menangkap keindahan dan kejalasan di berbagai ungkapan balaghah. Oleh karena itu antara balaghah dan pengejaran ilmu bahasa Arab sangat berkaitan erat dan tidak dapat terpisahkan.

ا. مقدمة
       تعد البلاغة و اللغة العربية من اهم الجوانب في اللغة العربية التي ورثها الثقافة  العربية القديمة. باللغة العربية وبالبلاغة عرف وجه اعجاز القران الكريم وادرك ما فيه من المعنى المقصود فيه و خصائص البيان وفهم براعة اسلوب وسهولة نظمة وسلامته وغذوبته وجزاليه. وبالخصوص علم البلاغة انها لاتدانيها منزلة علم اخر من العلوم العربية. فلذلك اتجه اهم العلماء والباحثين فى مختلف العصور الى التخليف فيها.
       علم البلاغه و اللغة العربية تتعلقان في الاستعمال . البلاغة تستعمل لتزين كلام العربية  وتعميق معانيها, و اللغة العربية تعلم من جهة تراكيب كلام الربية و بنائها و معانيها وغير ذلك.
       فلذلك علم البلاغة من اهم العلوم في تعليم اللغة العربية, فالبلاغة تنشا وتنمو و تتطور تبعا لقنون التطور الذي هو امر طبيعي. واما بالنظر الى انها من اهم الجوانب التي ورثتها الثقافة  العربية كما سبق ذكره, فانه من الجدير بنا ان لقوم يبحثها تفصيليا. ولكن اقدم الكاتب في هذه الكتابة عن  تعليم اللغة العربية وعن نشاة البلاغة وتطورها.

ب. اللغة العربية
اللغة هى الكلمة التي يستخدمها الناس لتعبير مقاصدهم وأغراضهم ، يرى من وظيفة اللغة هي وسيلة للاتصال في عمليات الناس اليومية ، الأفراد مع الأفراد, والأفراد مع المجتمعات, والمجتمع مع دولة معينة (تيار يوسف, ١٨٧:١٩٩٧)
اللغة العربية هي لغة القرآن يعتمدها ويتعلمها المسلمون. واللغة العربية آلة اتصالية إلى الله فى العبادات مثل الصلوات، والأدعية وغير ذلك. واللغة العربية أهم اللغة فى الحياة اليومية لأنها لغة القرآن ولغة الجنة. القرآن الكريم كلام الله المنزل على نبينا محمد صلى الله عليه وسلم، كما فى القرآن الكريم: ﴿ اِنـا اَنْزَلْـنٰه قُرْآنًا عَرَبِيا لعَلكُمْ تَعْقِلُوْنَ ﴾ (سورة يوسف: 2)
قال تيار يوسف في كتابه ميطادولوجي فعاجران أكام دان بهاس عرب:
"إن اللغة العربية واللغة  لغة غريبة دولية مهمة فى الاتصال بين الشعوب إما فى العلوم والمعارف، والدين، والمراسلة الاقتصادية فضلالدول شرق الأوسط الغناء بزيوت مصادرا للاقتصاد الوطني يحبها الإنسان. اللغة العربية لغة دولية في اتحاد الأمم المتحدة لغة دبلوماسية بين الدبلوماسيين لخطبة في ذلك المجلس العالي العالمي. (تيار يوسف، 1997: 151)
اللغة العربية هي آلة اتصال الإنسان منذ ولادته، وهو يجهد اتصالاببيئته بدون المشاورة أولا. كل إنسان يولد اللغة للاتصال بينهم، فوقعت اللغة مختلفة ومتنوعة وفقا بطبقات المجتمع في أية مكان تولد اللغة. (معين، 2004: 19)
اللغة العربية هي لغة الإنسان اختارها الله تعالى للاتصال بعباده. قد أبد الله النبي محمد صلى الله وسلم فى القرآن الكريم والأحاديث النبوية وصلت إلى الناس وإلى جميع أنحاء العالم بسبب الدين، والعلوم والمعارف، والثقافة، والاجتماع، والسياسة، والاقتصاد. (صدري، 1980: 7)
من التعريفات السابقة عرف ان اللغة العربية هي اللغة لمعرفة الدين الإسلامية لأن العديد من القوانين والعلم نشأ من القرآن الكريم وأحاديث النبي محمد ، وكلهما باللغة العربية واضحة. و المتعلمين يحتاجون الى تعلم اللغة العربية، وخاصة فى تعمق للغة العربية كما القراءة والكتابة بشكل جيد
ج‌.            تعليم اللغة العربية
التعليم هو تحقيق المنهج الدراسي الذي يطلب نشاط المعلم في تخليق نشاط التلاميذ وتنميته مناسبا بخطة المبرمجة. (مولياسا، 2004: 117)
يعرف التعليم بأنه اندماج منظم مركب تشمل على العناصر الإنسانية، والمادية، والتسهيلية، والمساعدية، والإجرائية، تتأثر شديد التأثير لنيل أهداف التعليم. (فوترا، 2002:   )
يعرف التعليم بأنه نشاط المعلم مبرمجا في تصميم التعليم لتكوين التلاميذ أن يتعلموا أيجابيا تشديدا في إعداد مصادر التعلم. (موجيونو، 2000: 297)
انطلاقا على التعريفات المذكورة السابقة تخلص الباحثة أن التعليم هو وقعت عملية تسمى هي بعملية التعلم، واجب المعلم لمثيرات عملية التعلم وترقية طريقتها.
- أنواع تعليم اللغة العربية
أ‌)    تعليم المحادثة (المحاورة). غرض تدريس المحادثة هو تدريب التلاميذ اعتادا وفصيحا في تكلم باللغة العربية.
ب‌)  تعليم المطالعة (القراءة). يهدف إلى تدريب التلاميذ مهارة لقراءة الحروف العربية والقرآن فيما بملاحظة إلى علامات الترقيم.
ج) تعليم الاملاء. يهدف للتلاميذ يقدر عبى كتابة الكلمات والعبارات باللغة العربية مع حسن وصحيح.
د) تعليم الإنشاء. بهدف بأن يستطيع التلاميذ لكتابة جمل بسيطة باللغة العربية.
هـ) تعليم المحفوظات. يهدف إلى تطوير الأوهام السلطة لدى التلاميذ والتدريب المعرفي.
و‌)  تعليم القواعد النحو والصرف وينبغي أن يعطي أمثلة كثيرة من المواد التي تمت مناقشتها، بحيث لايتم تدريس مملة ويمكن أن تسهل فهم التلاميذ. (تيار يوسف، :1997 191)

- أهداف تعليم اللغة العربية
أ‌)        أن يفهم التلاميذ القرآن والحديث كمصدر القانون والتعاليم الإسلامية.
ب‌)     يمكن فهم وتفهم كتب الدين وثقافة الإسلام التي هي مكتوبة باللغة العربية.
ج) على ما يرام فى التحدث والكتابة باللغة العربية.
د) يمكن استخدامها على أنها أداة مساعدة من المهارات غيرها.
هـ) لتطوير اللغة العربية اللغويين المهنية حقا. (تيار يوسف، 1997: 189)

ان تعلم اللغة العربية بوصفها للغة الكتاب المقدس القرآن على المسلمين في هذا العالم, هو أهم الاحتياجات. بجانب ذلك, دراسة اللغة العربية وسيلة لتعميق فهم للدين الإسلام من مصدره.

د. البلاغة : نشاة وتطورا
- نشاة البلاغة
       ان نشاة البلاغة من المسئلة العسير ان نحصل على المعلومات الواضحة عما يتعلق بمرحلة نشاتها, وقد كانت هذه المرحلة تعد من اقل المراحل وضوحا, لان البلاغة فى هذا الطور مجرد افكار وملاحظات متناشرة على هوامش العلوم العربية والعلوم الاسلامية الاخرى. (الباز , 1991 : 95 )
       بالرغم من ذلك فان هناك اشارات تدل على بذورها الاولى. وقد اخذت تبدو وهذه البذور فى العصرين الجاهلي والاسلام. ففي شعر الجاهلين اتى كثير من الوان التشبيه والمجاز. والشعراء حينئذ كانوا يقفون عند اختيار الالفاظ والمعانى والصور وكذلك يظهر انهم كانوا يتفاخرون بما فى شعرهم من تشبيه ومجاز. (نوفل, 1948:2)
       هناك شئ اخر في الجاهلية يتصل بهذا الموضوع, ذلك هو تجديد الشعر وتنقيحه, وما قد يدل عليه من المعرفة بمقاييس بلاغية يطبقها الشاعر. هذا مما يدل دلالة واضحة على ان العرب في العصر الجاهلية كانوا يعنون عناية كبيرة باحسان الكلام.
       واخذت تنمو هذه العناية بعد ظهورالاسلام بفضل ما نهج القران ورسوله الكريم من طرق الفصاحة والبلاغة. وفي اخبار الرسول ما يدل على انه كان يعني اشد العناية بتاخير لفظة, فقد اثر عنه انه كان يقول : "لايقولن احدكم خبثت نفسي  ولكن ليقول : لقسث تفسي"  كراهية ان يضيف المسلم الخبث الي نفسه. (صوثى ضيف , 1981: 13 )
       واذا تحولنا الى عصر بنى امية وجدنا الخطابة بجميع الوانها سياسة كانت او وعظية تزدهو ازدهادا عظيما. وفي هذا العصر كثرت الملاحظات البيانية وهي كثرة عملية فيها بواعث كثيرة. فقد اخذ العرب يتجادلون في جميع شئونهم السياسية والعقدية وكان هناك الخوارج والشيعة وكذالك كان هناك المرجئة   والقدرية والمعتزلة. ومن خلال ذلك انما النظر في بلاغة الكلام كثرت الملاحظات  المتصلة بحسن البيان, لا في مجال الجطابة والجطباء فحسب, بل ايضا فى مجال الشعر والشعراء, بل لعل المجال الثاني كان اكثر نساطا لتعلق الشعراء بالمديح وتناقسهم فيه. واخذ الشعراء يلقى بعضهم بعضا في المساجد والاندية والاسواقز (صوثى ضيف , 1981: 16 )
       تلك الملاحظات اخذت تتسع وتذق في العصر العباس بحكم التعمق في الحضارة والثقافات الاجنبية  واتقان الموالي العربية اتقانا جعلهم يكثرون من ملاحظاتهم علي خصائصهم البلاغية.
       وهكذا ظلت البلاغة تتشا. وكان  مما كان له اثر في نشاتها وتاريخها ظهور طبقات الكتاب, والمعلمين والمتكلمين والفقهاء واللغويين والرواة, وكان المتكلمون لهم اكبر الثر فى تاريخ البلاغة العربية. فقد عنو بالجدل الطويل تافة المسائل وعظيمها. واتخذوا من الالفاظ وفهم دلالتها وعرضها على الوان شتى وسيلتهم الى الغلب في هذه الميدان.

_ تطور البلاغة
       كما سبق ذكره ان البيئات المختلفة في تسهم منذ اوائل العصر العباس  تسجيل ملاحظات مختلفة على فصاحة الكلام وبلاغته. ولاخطنا ان المتكلمين كانوا انشط هذه البيئات في وضع قواعد البلاغة وبسط مباحثحا الخاصة. وهكذا تطورت البلاغة من تسجيل الملاحظات الى وضع الدراساتز
       ومرحلة المتطورة تعد من اهم المراحل في البلاغة العربية. وهذا التطور ظهر بعد ان اتسعت الفتوحات الاسلامية واختلط العرب بالغير, وكان لابد من ان تقعد القواعد. فوضع ابو عبيدة : مجاز القران وهو وان كانت عنا يته لغوية, الا انه كانت له بعض الملحوظات  لبيانية, ثم جاء الجاحظ فكان له فضل حيث اتسعت بفضله دائرة هذا الملحوظات البيانية, ثم جاء ابن قتيبة وهو ان يبلغ الجاحظ الا انه قد فاقه من حيث  النسق في الترتيب وحسن التبويت مع سعة في العلم ثم جاء ابن المعتن فوضع الكتاب "البديع" وذكر فيه انواعا تاما بنيت عليه البلاغة فيما بعد. ثم جاء قدامة فزاد على ماذ طره  ابن المعتز من انواع البديع. ومن بعد قدامة اخذت الدراسات البيانية في اتجاهين متقابلين. كان الاتجاه الاول خاصا ببحوث اعجاز القران  واما الاتجاه الثانى فكان عن البيان بعامة. (حسن عباس , 1980 : 44)
       والى القرن الخامس الهجري لم تكن للبلاغة اقسام نعرفها الان, وانما كانت البلاغة والبديع والبيان والفصاحة كلها تعني شيئا واحدا وجاء عبد القاهر فوضع كتبه "دلائل الاعجاز" و " اسرار البلاغة" فكان فتحا جديداز ووضع نظرية متكاملة البنيان البلاغة العربية. تحدث فى "اسراره" عن بعض الموضوعات كالتشبية والاستعارة والمجاز وهو ما عرف فيها بعلم البيان. (حسن عباس , 1980 : 45)
وبعد عبد القاهر جاء الزمخشرى يطبق نظريته تطبيقا عمليا في تفير "الكشاف" ولعله اول من اشار الى التفرقة بين علم المعانى والبيان وان كان لم يضع لكل منهما حد فاصلا. ثم جاء السكاكى فوضع كتابه "مفتاح العلوم" وهو اول من فصل موضوعات كل علم المعلنى والبيان على حدة, ولكنه لم يجعل البديع علما خاصا الى انجاء بدرالدين ابن مالك صاحب الالفية, وقد اختصر "مفتاح السكاكى" وهو اولمن قسم البلاغة الى اقسامها المعروفة الان بالمعانى و البيان و البديع. (حسن عباس , 1980 :46)
       وجاء بعد ابن مالك القزوين فلخص مفتاح السكاكي واصبحت مختصرات وصار كتات التلخيص فيما بعد المحور الذى بدور حوله الكاتبون. وهكذا بدات الدراسات البلاغية تتعد وتتنوع فهناك  من يو دخ للبلاغة وهناك من يقارن بينها وبين بلاغة الامر الاخرى وهناك من يحاور  ان ييس موضوعاتهاز. ومما سبق ذكره يتضح ان البلاغة قد بلغت نضبحا واكتمالها على يد الامام  الجليل عبد القادر.



_ علوم البلاغة ومباحثها
       البلاغة لغة : الوصول والانتهاء. يقال بلغ فلان مراده اذا وصل اليه وبلغ الركب المدينة اذا انتهى اليها ومبلغ الشيئ منتهاه. وفى الاصطلاح البلاغة هي وصفا للكلام زالمتكمو فقد. (احمد الحاتم , 1991 : 31)
       وللبلاغة علوم ومباحث. فتلك العلوم  تنقسم الى ثلاثة اقسام : علم المعانى وعلم البيان وعلم البديع, ويراد بالاول هو : علم يعرف به احل اللفظ العربيالتي بها يطابق مقتضى الحال. (احمد الحاتم , 1991 : 46)  ويراد بالثانى : علم يعرف به ايراد المعنى الواحد بطرق يختلف بعضها عن بعض. (احمد الحاتم , 1991 : 244) ويراد بالثلث : علم يعرف به الوجوه والمزاي التي تزيد الكلام حسنا وطلاوة وتسكوه بعد مطلبقثه لمقتضى الحالز (احمد الحاتم , 1991 : 360)
       واما الموضوع على المعانى فهو اللفظ العربى من حيث  افادته المعانى الثوابي التى هى الاقراض المقصودة للمتعلم منجعل الكلام مشتملا على تلك اللطائف والخصوصيات التى بها يطابق مقتصى الحال, وفائدته معرفة اعجاز القران الكريم والوقوف على اسرار البلاغة والفصاحة منثور كلام العرب ومنظومه. ومضوع علم البيان بالالفاظ العربية وفائدته معرفة اسرار كلام العرب ومنشوره ومنظومه ومعرفة ما فيه من تفاوت في قنون الفصاحة.
       واما مباحث كل علم من تلك العلوم الثلاثة  كما يلى : تتنول مباحث علوم المعانى في ثمانية ابواب وهي احوال الاسناد الخبرى, احوال المسند اليه, احوال المسند, احوال متعلقات الفعل, القصر, الانشاء, الفصل والوصل والايجاز والاطناب والمساوة. ( خناجى , دس : 125). ومباحث علم البيان تتخلص فى التشبيه والمجاز والكناية والاستعارة. (خناجى , دس : 146). واما مباحث علم البديع تتصور فى المحسنات اللفظية والمحسنات المعنويةز (خناجى , دس : 160). وهذا مباجث في تلك العلوم الثلاثة مجملا.

ه. البلاغة وتعليم اللغة العربية
       عرف من البحث السابق ان في اللغة العربية كثيرا من الطرق في تعليمها وكذلك المادة تعليم اللغة العربية كثير ايضا, منها النحو والصرف والبناء والكلام والكتابة وعلم البلاغة.
اللغة العربية هي اللغة لمعرفة الدين الإسلامية لأن العديد من القوانين والعلم نشأ من القرآن الكريم وأحاديث النبي محمد ، وكلهما باللغة العربية واضحة. و المتعلمين يحتاجون الى تعلم اللغة العربية، وخاصة فى تعمق للغة العربية كما القراءة والكتابة بشكل جيد
 البلاغة هى تادية المعنى الجليل واضحا بعبارة صحيحة فصيحة  لها في الفس اثر خلاب  مع ملاءمة كل كلام للموطن الذي يقال فيه والا شخاص  الذين يخاطبون. ( على الحارم , 1961 : 8)
فليست البلاغة قبل كل شيئ الا فنا من الفنون يعتمد على صفاء الاستعداد الفطري ودقة ادراك الجمال, وتبين الفرق الخفية بين صنوف الاسالب والمرانة يد لا تجحد في تكوين الذوق الفنى, وتنشيط المواهب الفاترة ولا بد لمطالب الى جانب ذلك من قراءة طرائف الادب, والتملؤ من نميره الفياض, ونقد الاثار الادبية والموازنة بينها, وان يكون له من الثقة بنفسه ما يدفعه الى الكم بحسن ما يراه حسنا وبقبح ما يعده قبيحاز.
فى تادية المعنى الجليل واضحا بعبارة صحيحة فصيحة للبلاغة لها طريقة في ناديتها وتعليمها, منها باستعمال الجملة الكاملة وتركيب الكلمة الصحيحة, استعمال الجملة الكاملة وتركيب الكلمة الصحيحة هما احد من علوم اللغة العربية, وفي علوم اللغة العربية لها طريقة في تعليمها, فلذلك تعليم البلاغة لها متعلقة بطريقة تعليم اللغة العربية يعني في تعليم البلاغة تعليم اللغة العربية و  تعليم اللغة العربية  موجود ايضا تعليم البلاغة.
        

ح. الخلاصة

اللغة العربية هي آلة اتصال الإنسان منذ ولادته، وهو يجهد اتصالاببيئته بدون المشاورة أولا. كل إنسان يولد اللغة للاتصال بينهم، فوقعت اللغة مختلفة ومتنوعة وفقا بطبقات المجتمع في أية مكان تولد اللغة
البلاغة هى تادية المعنى الجليل واضحا بعبارة صحيحة فصيحة  لها في الفس اثر خلاب  مع ملاءمة كل كلام للموطن الذي يقال فيه والا شخاص  الذين يخاطبون.
 للبلاغة قبل كل شيئ  لها فن من الفنون يعتمد على صفاء الاستعداد الفطري ودقة ادراك الجمال, وتبين الفرق الخفية بين صنوف الاسالب والمرانة يد لا تجحد في تكوين الذوق الفنى, و فى تادية صفاء الاستعداد الفطري ودقة ادراك الجمال, وتبين الفرق الخفية بين صنوف الاسالب والمرانة و تكوين الذوق الفنى لها طريقة في تاديتها وتعليمها, ولهذا وجد فى تعليم اللغة العربية. فلذلك تعليم البلاغة لها متعلقة بطريقة تعليم اللغة العربية




المراجع
·      أنونيم, القرآن. ديفارتيمين أكام ريفوبليك إندونيسيا: جاكرتا. 2005
·      احمد مصطفى المراغى, علوم البلاغة, بيروت : دار الكتب العلمية , 1993
·      احمد الحاتم , جواهر البلاغة, بيروت : دار الفكر , 1991
·      العيد الباز, المدخل الى البلاغة العربية, القاهرة : مكتبة الزهراء, 1991
·  تاير يوسف, ميطادولوجي فعارجرانن أكام دان بهاس عرب. راجا غرافيندو فيرسادا: جاكرتا. 1997
·      عبد المعين, أناليسيس كونتراستيف بهاس عرب دان بهاس إندونيسيا (تلائه ترهداف فونيتيك دان مورفولوجي. فوستاك الحسنى بارو: جاكرتا, 2004
·      سيد نوفل, البلاغة العربية فى دور نشاتها, القاهرة : مكتبة النهضة المرية, 1948
·      صوثي ضيف, البلاغة تطور وتاريخ, القاهرة : دار المعارف, 1981
·      فضل حسن عباس, البلاغة فنونها وافنئها, عمان : دار الفرقان : 1980
·      مولياسا,  إمفليمينتاسي كوريكولوم. ريماجا روسداكاريا: باندونج, 2004


امام جلال الدين السيوطي :الاشتقاق في علم الصرف
عبد الوهاب :Drs. Wahab , M.Ag
المقدمة
 أ كثر من علماء اللغة العربية يحتاجون إلى دراسة صرفية. فالعالم أو المفكر المشهور الإمام جلال الدين السيوطي هو أحد علماء المعظم الذي اهتم بعلم الصرف. فالعلم الآخر الذي الفه ليساعد في تفكيره وعرف له حتى الآن أكثر من 600 مصنفا منها: الكتاب الكبير والرسالة الصغيرة، ومختلف فروع المعرفة. وقد شرع في التأليف وهو في السابعة عشر من عمره. وتذل العلوم في سبعة منها: علوم التفسير  والحديث والفقه والنحو والمعانى والبيان والبديع ودون هذه السبعة في المعرفة أصول الفقه والجدل والصرف لا بد أن نعرف أرى جلال الدين السيوطي في علم الصرف حتى نعرفها تمام المعرفة كمتعلم اللغة العربية وأثاره في علم الصرف خاصة وذلك مؤلفة كتب الصرف المشهور منها "همع الهوامع" في شرح جمع الجوامع "والمزهر" في علوم اللغة.[4]
وكان كتاب المزهر من أهم الكتب الصرف  ومن آراء السيوطي في هذا الكتاب قال ابن دحية في التنوير:الاشتقاق من أغرب الكلام العرب وهو ثابت عن الله تعالى بنقل العدول عن رسول الله ص م ، لأنه أوتي جوامع الكلم،وهي جمع المعاني الكثيرة في الألفاظ القليلة فمن ذلك قوله فيما صح عنه :يقول الله أنا الرحمان خلقت الرحم وشققت لها من إسمى وغيرذلك من الأحاديث .[5]
قال الشيخ الإمام العالم الزاهد، كمال الدين عبد الرحمن بن أبي سعيد الأنبري، في كتابته الإنصاف عن الاختلاف في أصل اشتقاق الإسم :ذهب الكوفيون إلى أن الاسم مشتق من الوسم - وهو العلامة. وذهب البصريون إلى أنه مشتق السّموَّ - وَهُوَ العُلُوَّ.
أما الكوفيون فاحتجوا بأن قالوا: إنما قلنا أنه مشتق من الوسم لأنه الوسم في اللغة هو العلامة، والوسم وسم على المسمى، وعلامة له يعرف به، الا ترى أنك إذا قلت زيد أو عمر ودلّ على المسمى، فصار كالوسم عليه؟ فلهذا قلنا: إنه مشتق من الوسم، ولذلك قال أبو العباس أحمد بن يحيى ثعلب: الاسم سمة توضع على الشيء يعرف بها. والأصل في اسم وسم، إلا أنه خذفت منه الفاء التى هي الواو في وسم، وزيدت الهمزة في أوله عوضا عن المحذوف، ووزنه إعل، لحذف الفاء منه.
وأما البصريون فاحتجوا بأن قالوا: إنما قلنا إنه مشتق من السّموّ لأن السمو في اللغة هو العلق، يقال: سما يسمو سموا، إذا علا، ومنه سميت السماء سماء لعلوها، والإسم يعلو على المسمى، ويدل على ما تحته من المعنى ولذالك قال أبو العباس محمد بن يزيد المبرّد: الاسم مادل على مسمى تحته، وهذا القول كاف في الاشتقاق، لا فى التحديد، فلما سما الاسم على مسماه وعلا على ما تحته من معنه دلّ على أنه مشتق من السمو، لا من الوسم.[6] 
والصرف من أهم العلوم العربية لأن عليه المعول في ضبط صيغ الكلم،ومعرفة تصغيرها والنسبة إليها والعلم بالجموع القياسية والسماعية والشاذّة ومعرفة مايعتري الكلمات من إعلال أو إدغام أو إبدال، وغير ذلك من الأصول  التي يجب على أديب وعالم أن يعرفها، خشية الوقوع في أخطاء يقع فيها كثير من المتأدبين، الذي لاحظ لهم من هذ العلم الجليل النافع.[7]
علم الصرف معناه:تحويل الكلمات إلى أبنية مختلفة لأداء ضروب من المعاني كالتصغير والتكثير، والتثنية والجمع، وأخذ المشتقات من المصدر وبناء الفعل للمجهول وغير ذلك.[8]

حياة جلال الدين السيوطي

        إسمه وكنيته  ولقبه

إسم جلال الدين هو جلال الدين عبدالرحمن أبي محمد بن أبي بكر بن سابق الدين وتتصل نسبته بالشيخ همام الدين الخضري السيوطي.
نسبة كنيته على أبيه وهو أبو بكر بن محمد السيوطي (804-455هـ) من وجهاء مصر وفضلائها-عالما بالعربية وفقه الشافعية عرض عليه قضاء مكة.
ولقبه السيوطي نسبة الى أسيوط تابعا على إسم بلده أو قريته ولعل السيوطي نسبة إلى أسيوط لأن أباها نسبة إلى الإسكندارية، التي تعرف بأسيوط. [9]
جلال الدين السيوطي جدير بالإجلال، خليق بالإحترام ومن ثم فإنه مثل الذي ينبغي أن يقتفي سلوكه ويعتبر شخصيته علماء كل زمان ومكان، وبخاصة عصرنا الذي نعيشه في الأمصار العربية والأ قطار الإسلامية وهو العالم الإسلامي بخير ماكان علماؤه بخير والعكس وصحيح.فإذا صلح حال العلماء والمفكرين، إنتظم أمر الدولة وصلح حال الحاكمين.[10]
        مولده ونشأته ووفاته
ولد عبدالرحمن بن أبي بكر السيوطي المعروف بجلال الدين في مدينة القاهرة في مشهل شهر رجب سنة تسع وأربعين وإشتهرت بالمعرفة،ولم ينعم عبدالرحمن طويلا بالرعاية الأبوية، فقد إنتقل والده إلى رحمة الله ولما يزل طفلا رطب العود عض الإهاب في منتصف العقد الأول من عمره،[11] وهكذا أن يكون السيوطي من أسرة اتخذت العلم نهجا وسبيلا جيلا بعد جيل،فكل جدا من أجداده يحمل لقبا مضافا إلى لفظ الدّين،مثل:فخر الدين وناصر الدين وسيف الدّين وكان ذلك تقليدا عند علماء المسلمين في القرون الوسيطة،ربما عمد بعض ملوك والسلاطين إلى إتخاذ هذه الألقاب أيضا.[12]
والشأن في الأطفال الأيتام من أبناء الرجال الصالحين أن يشبوامنذ نعومة أظفارهم على خفظ القرآن وشيئ من الحديث  ثم الإشتغال بالعلوم الدينية، ومن ثم فقد أتم السيوطي حفظ القرآن الكريم وهو دون الثامنة من عمره  وفي ذلك كبير دلالة على أنه كان نابغة منذ نعومة أظفاره فقليل من الأطفال أولئك الذين يتاح لهم حفظ الكتاب العزيز في مثل هذا السن المبكرة إلى أن يكونوا في حدة من الذكاء وقمة من النبوغ.     
إن السيوطي في ترجمته لنفسه يقول" نشأ يتيما فحفظ القرآن ولى دون ثمان سنين،ثم حفظت العمدة ومنهاج الفقه والأصول وألفية بن مالك وشرعت في علم من مشهل سنة أربع وستين وثمانمائة.[13]
فأما والدالسيوطي فهو أبو بكر بن محمد بن سابق الدين و بكر السيوطي المعروف بكمال الدين المولود في مدينة أسيوط في أوائل العقد الأول من القرن التاسع الهجري يعني بعد سنة ثمانمئة والمتوفى فىالقاهرة في شهرصفر سنة خمس وخمسين وثمانمئة،آنذاك نيق وخمسون سنة،وذلك أن جلال الدين السيوطي توفي في شهر صفر سنة  خمس وخمسين وثمانمائة = 558 هـ.
إختلاف العلمآء أن جلال الدين السيوطي توفي سنة 911 هـ هو آخر من ظهور في هذا العصر بمصر من كبار العلماء لكنه أعظمهم همة،وأوسعهم علما،وأكثرهم آ ثارا.
وفي سلسلة نسبة طائفة الرؤساء،وأهل الثروة والفقهاء،ويقول إن جده الأعلى كان أعجميا لعله ينسب إلى الخضرية محلة في بغداد.ولد جلال الدين المذكور سنة  849 هـ، وقد نشأ يتيما،وكان ذاكيا، قوي الحافظة،فحفظ القرآن وهو في الثامنة من عمره ثم تفقه بعلوم عصره،وتوسع فيها.وقد ترجم نفسه في كتابه "حسن المحاضرة " وذكر أسماء شيوخه في كل فن أوعلما فبلغ عددهم 150 شيخا. شرع في التأليف سنة 866 وهو في السابعة عشر من عمره.وما زال مثابرا على ذالك إلى وفاته سنة هـ911قد رحل في طلب العلم وغيره إلى الشام والحجاج،واليمان والهند،والمغرب والتكرير، وتولى الإفتاء سنة871.[14] وأملى الحديث سنة 872 هـ،وقد تبحر تبحرا واسعا في سبعة العلوم: التفسير والحديث، والفقه، والنحو، والمعانى والبيان والبديع، على طريقة العراب. ويأتي بعد هذه الدرجة الثانية التبحر: أصول الفقه والجدال والتصريف، والإنشاء، والترسل، والفرائض، والقراءات، والطب والحساب. وكان الحساب أعسر العلوم عليه، وأبعاده عن ذهنه. وطلب المنطق ثم تركه لما سمع الإفناء بتحريمه. فضلا عن توسعه في التاريخ والأدب واللغة.
بلغ عدد مؤلفاته أكثر من 300 كتاب والرسالة، ذكرها سبع صفحات منها 32 مؤلفا في التفسير ومتعلقاته، و 95 في الحديث، و 21 في اللغة، و 42 كتاب في التاريخ والأدب، وغير ذلك. ولا يزال أكثر مؤلفاته باقيا وقد أفاض برو كلمن في ذكر ما بقي منها، ومحل وجوده، أو سنة طبعه، مرتبة حسب الفنون فبلغ ذلك 316 كتابا ورسالة، بينها ما لا يهمنا ذكره. فنكتفي بالمهم ونضيف إليه ما عرفناه بنفسنا منها.
آراء السيوطي في إشتقاق
قال السيوطي في التسهيل الإستقاق أخذ صيغة من أخرى مع إتفاقهما معنى ومادة أصلية،وهيئة تركيب لها ليدل بالثانية على معنى الأصل بزيادة مفيدة"لأجلها إختلفا حروفا اوهيئة كضارب من ضرب وحذر من حذر[15] 
الاشتقاق عند فؤاد نعمة أخذ كلمة من أخرى مع التناسب  بينهما في المعنى والتغيير في اللفظ وكلمة كتب يؤخذ منها كاتب ومكتوب وكتاب ومكتب[16]
الاشتقاق من أهم خصائص اللغة العربية، بل ربما كان أهمها،لذلك قلما نجد كتابا يدرس اللغة العربية إلاويفرد بالبحث والاشتقاق في الإصطلاح له تعرفات العدة، منها اقتطاع فرع من أصلة،يدور في تصاريفه حروف ذلك الأصل، وأخذ كلمة من أخرى ما، مع تناسب في المعنى.
والاشتقاق كما قدمه السيوطي من جلال شرح التسهيل ضربان: إشتقاق أصغر، وهو المحتاج به وإشتقاق اكبر.
فأما الأصغر"فطريق معرفته تقليب تصاريف الكلمة حتى يرجع منها إلى صيغة هي أصل صيغة دلالة اطرادة أو حروفا غالبا،كضرب، فإنه دال على مطلق الضرب فقط ،أما ضارب ومضرب ويضرب واضرب فكلما أكثر دلالة وأكثر حروفا، وضرب الماضى مساو حرفا وأكثر دلالة، وكلها مشتركة في و"ض ر ب" وفي هيئة تركيبها. [17]
وأما الأكبر فيحفظ فيه المادة دون الهيئة، فيجعل "ق ول" و"ول ق" و"وق ل" و"ل ق و" وتقاليبها الستة بمعنى الحفة والسرعة.[18]
فأنواع الاشتقاق أربعة هي:
أ.    الاشتقاق الصغير الاصغر أو العام
ب.  الاشتقاق الكبير
ج.   الاشتقاق الأكبر
د.   الا شتقاق الكبار
وتتناول بالدراسة العاجلة كلا من هذه الأنواع الأربعة:
أ.    الاشتقاق الصغير أو الأصغر أو العام
الاستقاق من هذه النوع هو: نزع لفظ من آخر آصل منه،بشرط إشتراكهما في المعنى والأحرف الأصول وترتيبها كإشتقاقنا اسم الفاعل (عالم) واسم المفعول (معلوم) والفعل (تعلم) وغيرها من المصدر (العلم).
وهذ النوع من الإشتقاق هو أكثر أنواع اللغة ورودا في اللغة العربية وأكثرها أهمية، وعليه تجرى كلمة (اشتقاق) اذا أطلقت دون تقييد. وقد قسم بعض الباحثين اللغات بالنسبة للاستقاق الصغير الى ثلاث فئات وهى اللغات الفاصلة واللغات اللاصقة واللغات المتصرفة كما سبق ذكره عند البحث عن فصائل اللغات.
وليس الاشتقاق من خصائص العربية فحسب‘بل أنه من أهمها،فالأوزان العربية كثيرة جدا.حتى أنها بلغ عند بعضهم عشرة ومئتين وألفا (منهم السيوطي). وقد دعا بعض الباحثين الى استبدال مصطلح "الاشتقاق" بمصطلح "الصرف"، والى تقديم دراسة الاشتقاق على دراسة النحو (منهم ابن جنى).
لقد اختلف اللغويون فى أصل الاشتقاق، فذهب البصريون الى أن المصدر هو أصل الاشتقاق وأن الفعل مشتق منه. وذهب الكوفيون الى عكس ذلك. وقد اعتمد كل منهما على حجج أكثرها منطقى لتأييد وجهة نظره.
وقال فؤادى ترزى في كتابه (الاشتقاق) في اصل الإشتقاق كمايلى:
-    أن أصل الاشتقاق في العربية ليس واحدا، فقد إشتق العرب من الأفعال، والأسماء، فالحروف. 
-    إن ماندعوه بالمشتقات بما فيها المصادر قد إشتق من الأفعال بصورة العامة
-        ان هذ الأفعال بدورها قد تكون أصلية مرتجلة، وقد تكون إشتقت من أسماء الجامدة من اسماء الأصوات والحروف.[19]

الاشتقاق الأكبر

هو إقامة حرف مكان آخر في الكلمة، ومن أمثلته نعق ونهق، طن ودن، جذم وجذل (قطع) والسراط والصراط.[20]  
والمشتقات سبعة وهي:
1 –   اسم فاعل (وصيغة مبالغة)
2-    اسم المفعول
3-    الصيغة المشبهة بإسم الفاعل.
4-    اسم تفضيل
5-    اسم الزمان
6-    اسم المكان
7-    اسم الآلة[21]           
وبيان أقسام الاشتقاق فيما يلي:
1.اسم الفاعل(وصيغ المبالغة)
اسم الفاعل اسم مشتق للدلالة على من وقع منه الفعل نقول مثلا: نام الرجل ، فهو نائم إشتقت من النوم وتدل على ما وقع منه الفعل، وكلمة ضارب اشتقت من الضرب و تدل على من وقع منه الفعل.
صيغ اسم الفاعل(صيغ المبالغة) خمسة أوزن:
فعال مثل                 =     مناع
مفعال مثل    =       مطعان
فعول مثل     =       غفور
فعيل مثل     =       عليم
فعل مثل      =       فهم
وهذه الصيغ تدل على معنى اسم الفاعل مع إفادة المبالغة ولذا تسمى صيغ المبالغة، ولا تبنى إلا من الفعل الثلاثى
2. اسم المفعول اسم مشتق من الفعل للمجهول للدلالة على ما وقع عليه الفعل،نقول مثلا: سمع الحديث، فالحديث مسموع ،فكلمة مسموع" أخذت من الفعل المبني للمجهول"سمع" وهي تدل على ما وقع عليه السمع [22]

3.الصفة المشبهة
تصاغ الصفة المشبهة من الفعل اللازم الذي على وزن فعل (بكسر العين) مثاله فرح و وزن أفعل (ومؤنثته فعلاء) مثل:أحمر
ووزن فعلان والمؤنث فعلى مثل: عطشان، جوعان، ظمآن، ريان، غضبان.[23] تصاغ الصفة المشبهة من الفعل الذي على وزن فعل(بضم العين)على فعيل مثل:شريف، كريم، ضعيف.[24]
4 .اسم التفضيل
اسم التفضيل إسم مشتق على وزن  "أفعل" للدلالة على أن شيئين إشتركا في صفة وزاد أحدهما عن الآخر في هذه الصفة مثل:الشمش أكبر من الأرض ويسمى ما قبل اسم التفضيل مفضل(وهوالشمش في مثالنا السابق)ويسم ما بعده    مفضلا عليه (وهوالأرض في مثال السابق)[25]
يصاغ اسم التفضيل من الفعل الذي يجوز التعجب منه  وهو الفعل الثلاثى التام (أي غيرالناقص)المتصرف (أي غير الجامد) المثبت (أي غير المنفي) المبني للمعلوم وليس الوصف منه على وزن أفعل الذي مؤنثه فعلاء مثل:
-    الجبال أعلى من التلال
-    زيد أفضل من عمرو وأكرم من خالد
اسم التفضيل أربع حالات
1.             أن يكون مجرد من ال والإضافة. وفى هذه الحالة يجب إفراده وتذكيره والإتيان بعده بالمفضل عليه مجرورا بمن.
مثل:الطائرة أسرع من القطار الطائرات أسرع من القطر
2.     أن يكون معرفا بأل
وفي هذه الحالة يجب مطابقته للمفضل ولا يذكرالمفضل عليه مثل :الأخ الأكبر ذكي ،الأخت الكبرى ذكية ،الأخوات الكبريات ذكيات
3 .    أن يكون مضافا إلى نكرة
وفي هذه الحالة يجب إفراده وتذكيره على أن يطابق المضاف إليه المفضل مثل: الكتاب أفضل صديق الكاتابان أفضل صديقين الكتب أفضل أصدقاء.
4 .    أن يكون مضافا إلى معرفة
وفي هذه الحالة يجوز فيه المطابقة وعدمها مثل:أنتما أفضلا الناس ،أنتم أفضل أو أفاضل الناس، أنتن أفضل أوفضليات الناس [26]
عمل اسم التفضيل :يرفع اسم التفضيل فاعلا إذا صح أن يقع في موضعه فعل بمعناه ويطرد هذا في كل موضع يقع فيه اسم التفضيل بعد نفي أوبعد إستفهام مثل:مامن أرض أجود فيها القطن منه في أرض مصر(القطن:فاعل لإسم التفضيل,,أجود،، إذا يصح أن يحل الفعل"يجود"مكان اسم التفضيل ولأن اسم التفضيل جاء بعد نفي.[27]
5.     اسما الزمان
اسم الزمان إسم مشتق للدلالة على زمان وقوع الفعل مثل:موعد الإمتحان أول يونيو
6.     اسم المكان
اسم المكان اسم مشتق للدلالة على مكان وقوع الفعل مثل: ملعب الكرة فسيح
صوغ اسمه الزمان والمكان[28]
1.                 يصاغ اسمى الزمان والمكان من الفعل الثلاثى على وزننين:
(1)              على وزن مفعل (بفتح العين)
إذا كان فعل معتل الآخر مثل: ملهى، مجرى
إذا كان المضارع مفتوح العين أومضمومها
مثل: ملعب (ومضارعة مكسور العين) مصنع (المضارع يصنع)
مثل: مكتب (المضارع يكتب) مدخ (المضارع يدخل)
(ب‌)              على وزن مفعل (بكسر العين)
إذا كان صحيح الأخروأوله حرف علة
مثل:موعد-مورد- (من الأفعال وعد-ورد).
2.     من الفعل غير الثلاثى
يصاغ اسما الزمان والمكان من غير الثلاثى على وزن اسم المفعول،مثل: مجتمع، مستودع،مستوصف.[29]


مثل: مفتاح – منشار – مسمار – محراث – مرآة – ميزان.
مفعل
مثل: مبرد – مغزل – منجل – معول – مقص – مجهر - مثقب
مفعلة
مثل: مكنسة – مطرقة – ملعقة – مصفاة – مكواة.
ملحوظة:
1.       قد يأتى اسم الآلة على غير الآوزان السابقة.
مثل: سكين – شوكة – شاكوش – قلم – فأس.
2.       أجاز مجمع اللغة العربية بمصر وزن فعاله للدلالة على الآلة. مثل: ثلاجة – غسالة – شوّاية – خرّامة.[30]
التغييرات بين الأصل المشتق منه والفرع المشتق خمشة عشر
1.     زيادة حركة،كعلم وعلم.
2.     زيادة مادة،كطلب وطلب. 
3.     زيادتهما،كضارب وضرب.
4.     نقصان حركة كالفراس من الفرس.
5.     نقصان مادة،كثبت وثبات.
6.     نقصانهما كنزاونزوان.
7.     نقصان حركة وزيادة مادة، كغضبي وغضب.
8.     نقص مادة،وزيادة حركة، كحرم وحرمان.[31]
9.     زيادتهما مع نقصانهما كاستنوق من الناقة.
10.   تغاييرالحركتين، كبطر- بطرا.
11.   نقصان حركة وزيادة أخرى وحرف، كضرب من الضرب.
12.   نقصان مادة وزيادة أخرى، كراضع من الرضاعة.  
13.   نقصان مادة بزيادة أخرى وحركة، كخاف من الخوف لأن الفاء ساكنة في خوف لعدم التركيب.[32]
14.   نقصان حركة وحرف وزيادة حركة فقط، كعد من الوعد فيه نقصان الواو وحركتها وزيادة كسرة.
15.   نقصان حركة وحرف وزيادة حرف،كفاخر من الفخار،نقصن   ألف،وزادت ألف وفتحه.
وإذا رددت الكلمة بين أصلين فى الاشتقاق طلب الترجيح، وله وجوه:
أحدها     –   الأمكنية؛ كمهدد علما من الهد أو المهد، فيرد إلى المهد؛ لأن باب كرم أمكن وأوسع وأفصح وأخف من باب كر فيرجح بالأمكنية.
الثانى      –   كون أحد الأصلين أشرف؛ لأنه أحق بالوضع له والنفوس أذكر له وأقبل، كدوران كلمة((الله)) – فيمن اشتقها – بين الاشتقاق من أله أولوه  أو وله؛ فيقال: من أله أشرف وأقرب.
الثالث     –   كونه أظهر وأوضح؛ كالإقبال والقبل.
الرابع      –   كونه أخص فير جح على الأعم، كالفضل والفضيلة، وقيل عكسه
الخامس    –   كونه أسهل وأحسن تصرفا؛ كاشتقاق المعارضة من العرض بمعنى الظهور أو من العرض وهو الناحية فمن الظهور أولى.
السادس   –   كونه أقرب، والآخر أبد؛ كالمعقار يرد إلى عقر الفهنم لا إلى أنها تسكر فتعقر صاحبها.
السابع     –   كونه أليق؛ كالهداية بمعنى الدلالة لا بمعنى التقدم، من الهوادى بمعنى المتقدمات.
الثامن     –   كونه مطلقا فيرجح على المقيد؛ كالقرب والمقاربة.
التاسع     –   كونه جوهر أو الآخر عرضا لا يصلح للمصدرية، ولا شأنه أن يشتق منه؛ فان الرد إلى الجوهر حينئذ أولى؛ لأنه الأسبق؛ فإن كان مصدرا تعين الرد إليه؛ لأن اشتقاق العرب من الجواهر قليل جدا، والأكثر من الحصادر، ومن الاشتقاق من الجواهر قولهم: استحجر الدين، واستنوق الجمل.
فوائد – الأولى – قال فى شرح التسهيل: الأعلام قالبها منقول بخلاف أسماء الأجناس؛ فلذلك قل أن يشتق اسم جنس؛ لأنه أصل مرتجل. قال بعضهم: فإن صح فيه اشتقاق حمل عليه. قيل: ومنه غراب من الاغتراب، وجراد من الجرد.
وقال فى الارتشاف: الأصل فى الاشتقاق أن يكون من المصادر، وأصدق ما يكون فى الأفعال لمزيدة، والصفات منها، وأسماء المصادر، والزمان، والمكان، ويغلب فى العلم، ويقل فى أسماء الأجناس، كغراب يمكن أن يشتق من الاغتراب، وجراد من الجرد.[33]
الثانية – قال فى شرح التسهيل أيضا: التصريف أعم من الاشتقاق؛ لأن بناء مثل قردد من الضرب يسمى تصريفا، ولا يسمى اشتقاق؛ لأنه خاص بما بنته العرب.
الثالثة – أفرد الاشتقاق بالتأليف جماعة من المتقدمين، منهم الأصمعى، وقطرب، وأبو الحسن الأخفش، وأبو نصر الباهلى، والمفضل بن سلمة، والمبرد، وابن دريد، والزجاج، وابن السراج، والرمانى، والنحاس، وابن خالويه.
       الرابعة – قال الجو اليقى فى ((المعرب)): قال ابن السراج فى رسالته فى الاشتقاق: مما ينبغى أن يحذر كل الحذر أن يشتق من لغة العرب شيئ من لغة العجم، قال: فيكون بمنزلة من ادعى أن الدير ولد الحوت.
الخامسة – فى مثال من الاشتقاق الأكبر: مما ذكره الزجاج فى كتابه قال: قولهم: شجرت فلانا بالرمح، تأويله جعلته فيه كالفصن فى الشجرة، وقولهم: للحلقوم وما يتصل به شجر؛ لأنه معما يتصل به كأغصان الشجرة، وتشاجر القوم، إنما تأويله اختلفوا كاختلاف أغصان الشجرة، وكل ما تفرع من هذا الباب فأصله الشجرة.[34]
وأما المشتق فيقال للفرع، الذى صيغ من الأصل، لأنك تطلب معنى الأصل، فى الفرع، فكأنك تشتق الفرع، لتخرج منه الأصل، وكأن الأصل مدفون فيه، "المشتق منه" هو الأصل.[35]
واعلم أن الإشتقاق لا يدخل فى سبعة أشياء، وهي الأربعة التي ذكرنا لا يدخلها تصريف، وثلاثة من غيرها، وهي: الأسماء النادرة كا "طوبالة، فإنها لندورها لا يحفظ لها ما ترجع إليه. واللغات المتداخلة. نحو "الجون" للأسود والأبيض، للتناقض الذي بينهما، لا يمكن رد أحدهما إلى الآخر. والأسماء الخماسية، لامتناع تصر ف الأفعال منها، فليس لها من أجل ذلك مصادر.[36]
واصل الاشتقاق وجله أنما يكون من المصادر وأصدق ما يكون في الأفعال المزيدة، لأنها ترجع بقرب إلى غير المزيدة.وفي الصفات كلها، لأنها جارية على الأفعال، أو في حكم الجارية. وفي أسماء الزمان والمكان، المأخوذة من لفظ الفعل، فإنها جارية عليه أيضأ. وفي الأسماء الأعلام، لأنها منقولة في الأكثر، وقد تكون مشتقة قبل النقل، فتبقى على ذلك بعد النقل.[37]
آثار الاشتقاق في علم الصرف
الصرف ميزان العربية وبه تعريف الأصول والزوائد والاشتقاق يعرف تغييرا أصله بالصرف.
قواعد الاشتقاق طريقة البحث وعند الصرفيين تحدث تغييرات عند أخذ الصيغ المختلفة من الأ صل كقولك :علم و يعلم واعلم وعالم ومعلوم وعلام وعليم من (العلم).
تحدث تغييرات عند أخذ الصيغ من الأصل زيادة حرف أو اكثر، أو حذف حرف أو اكثار وكذالك بالنسبة للحركة،ومعرفة الأصول والزوائد في الصيغ المختلفة وأن الا شتقاق أقعد في اللغة من الصرف.[38]
أسباب وضع الاشتقاق في آثر علم الصرف
فالصرف علم بأصول تعرف بها صيغ الكلمات العربية وأحوالها التي ليست بإعراب ولا بناء.[39]
إن أبواب الصرف ومسائلها يتعلق بالاشتقاقية وتتضمن صيغته ذالك سوف نمعن النظر في واحد من أكثرالمفاهيم الصرفية أثرا في إشتقاق لفهم القياس، ولتحديد مدلول المقايسة تحديدا مانعا، ينبغي أن نجعل عنصر التغيير في الصيغة المتأثرة ولذلك فإن الواجب أن نبين الاشتقاق في قواعد الصرف.[40]
الاختتام
  آراء جلال الدين السيوطي  الاشتقاق من اهم خصائص اللغة العربية، بل ربما كان أهمها، لذلك فلما نجد كتابا يدرس اللغة العربية إلا ويفرد بالبحث والاشتقاق فى الإصطلاح له تعرفات العدة، منها اقتطاع فرع من أصلة، يدور فى تصاريفه حروف ذلك الأصل، وأخذ كلمة من أخرى ما، مع تناسب فى المعنى.
والاشتقاق كما قدمه السيوطي من جلال شرح التسهيل ضربان: إشتقاق أصغر، وهو المحتاج به وإشتقاق اكبر.
فأما الأصغر "فطريق معرفته تقليب تصاريف الكلمة حتى يرجع منها إلى صيغة هي أصل صيغة دلالة اطرادة أو حروفا غالبا، كضرب، فإنه دال على مطلق الضرب فقط، أما ضارب ومضرب ويضرب واضرب فكلما أكثر دلالة وأكثر حروفا، وضرب الماضى مساو حرفا وأكثر دلالة، وكلها مشتركة في و "ض ر ب" وفي هيئة تركيبها.
وأما الأكبر فيحفظ فيه المادة دون الهيئة، فيجعل "ق و ل" و "و ل ق" و"وق ل" و"ل ق و" وتقالبها الستة بمعنى الحفة والسرعة.
تحدث تغييرات عند أخذ الصيغ من الأصل زيادة حرف أو اكثر، أو حذف حرف أو اكثار وكذالك بالنسبة للحركة، ومعرفة الأصول والزوائد في الصيغ المختلفة وأن الاشتقاق أقعد في اللغة من الصرف.
المراجع
نعمة، فؤاد، ملخص قواعد اللغة العربية نحوها وصرفها، دمشق: دار الحكمة، د تقاموس تراجم، بيروت-لبنان: دار المشرق، د ت
السيوطي، جلال الدين، همع الهوامع، الكويت: دار العلمية
السيوطي،جلال الدين، المزهر في علوم اللغة وأنواعها بيروت، دارالفكر د ت
مصطفى، جلال الدين السيوطي: مسيرته العلمية ومباحثه اللغوية، القاهرة: دار المصر به النبانية
كمال ابن الركاث عبد الرحمن بن أبي سعيد، الإنصاف في مسائل الخلاف بين النحويين الصرفيين والكونيني، بيروت: دار الفكر، د ت
أمين، فاخر، دراسات العربية لغوية في الصاحبى الخصائص المزهر، القاهرة: دار المصر
رمزي منير بعلبكي، فقه العربية المقارن دراسات في أصوات العربية وصرفها ونحوها على ضوء اللغات السامية، بيروت: دار العلم للملايـين
الدكتور أمين على السيد, فى علم الصرف، القاهرة المصر، دار المعارف
لابن عصفور الإشبيلي، الممتع فى التصريف، بيروت: دا ر المعرفة
جرجي زيدان، آداب اللغة العربية، بيروت: دار الفكر، د ت
مصطفى الغلايينى، جامع الدروس العربية موسعة في ثلاثة أجزاء، بيروت


       [4]مصطفى الشكعة جلال الدين السيوطى، مسيرته العلمية مباحثة اللغوية (القاهرة: دار المصرية النبانية دت) ص. 142
[5]جلال الدين السيوطى، المزهر في علوم اللغة وانواعها (بيروت: دار الفكر، 23 م) ج 1 ص. 346
       [6] الإمام كمال الدين أبى البركات عبد الرحمن بن محمد بن أبى سعيد الأنبارى، الأنصاق "في مسائل الخلاف بين النحو يين الصرفيين والكونيين" (بيروت: دار الفكر د ت) ج 1، ص. 6
       [7] الشيخ مصطفى الغلايينى، جميع الدروس العربية، بيروت: دار العصرية، د ت ج 1، ص. 8
       [8] الدكتور ِأمين على السيد، فى علم الصرف، القاهرة، دار المعارف بمصر، د ت ج. 3، ص. 17
       [9] امين فاخر دراسات العربية لغوية فى الصاحبي، الخصائص المزهر القاهرة، دار المصر، ص. 141
       [10] جلال الدين الشيوطى، مسيرته العلمية ومباحته اللغوية، (القاهرة، دار المصرية النبانية، دت) ص. 3
       [11]مصطفى الشكعة جلال الدين الشيوطى، مسيرته العلمية ومباحثه اللغوية القاهرة (دار المصرية النبانية، دت) ص. 5
       [12] مصطفى الشكعة نفس المرجع, ص. 7
       [13]مصطفى الشكعة، نفس المرجع, ص. 5
       [14] جرجي زيدان، آداب اللغة العربية، بيروت، دار الفكر، ص. 257
       [15]جلال الدين السيوطي، مسيرته العلميه ومباحثه اللغوية (القاهره:دار المصرية النبانية دت)ص:182
       [16] ملخص قواعد اللغة العربية فؤاد نعمة دار الثقافة الإسلاميية ص:38
       [17]جلال الدين السيوطى، المزهر، فى علوم اللغة العربية، ص. 346
       [18] نفس المرجع ، ص. 347
       [19] هدايت الماجستري، مذكرة فقه اللغة العربية، جاكرتا، ص 34
       [20] إبن الأنباري، الإنصاف في مسائل الخلاف ببن النحويين البصريين والكوفيين (دار الفكر دت)، ص 11
       [21] فؤد النعمة، ملخص قواعد اللغة العربية (دار الثقافة الإسسلامية بيروت ) ص:38
       [22] نفس المرجع، ص: 43
       [23] نفس المرجع، ص. 47
       [24] نفس المرجع، ص: 47
       [25] نفس المرجع، ص:49
       [26] نفس المرجع، ص:50
       [27] نفس المرجع، ص:51
       [28]نفس المرجع، ص. 51
       [29] نفس المرجع، ص. 52
       [30]نفس المرجع، ص. 54
       [31] للعلامة عبد الرحمن، جلال الدين السيوطي، المزهر في علم اللغة وانواعها، ص:348
       [32] نفس المرحع  المزهر، ص:349
       [33] نفس المرجع  المزهر، ص:355
       [34] نفس المرجع المزهر، ص. 350
       [35] نفس المرجع المزهر، ص. 351
       [36] نفس المرجع، ص. 47
       [37] نفس المرجع، ص. 48
       [38]الدكتور أمين على السييد، في علم الصرف، القاهرة دار المعارف المصر ص:24
       [39] مصطفى  الغلايين، جامع الدروس، بيروت، ص. 8
       [40]رمزي منير بعلبكي، فقه العربية المقارن دراسات في أصوات اللغة العربية وصرفها ونحوها على  ضوء اللغات السامية، بيروت:دار العلم للملايين ص:122